Kemandirian Teknologi Pertahanan Indonesia | 2 |
Kemandirian TeknologiPertahanan untuk menuju Strategi Global Pertahanan Bawah Laut Indonesia(SGPBLI) Abad 21
Berbagai kebijakan dan alternatif lain untuk
mewujudkan SGPBLI abad 21 mestinya terus
dilakukan mengingat adanya situasi ktkabl tersebut dan termasuk adanya berbagai
kegiatan
terorisme internasional yang semakin meningkat berdasarkan berbagai pendapat
dan analisa dari para pakar dan pengamat terkenal dunia dalam bidang militer
dan perang. Salah satu alternatif untuk melindungi Indonesia dari
berbagai ancaman terutama mega ancaman pada sumbu 2 adalah rekayasa rancang
bangun teknologi bawah laut dalam bentuk teknologi Prototipe “Fixed Array Hydrophones Sea Bed Surveilance (FAHSBS) sebagai Anti-Submarines” . Teknologi ini berfungsi sebagai peringatan
dini atau early warning terhadap ancaman kapal selam asing, yang mampu
mendeteksi secara real time kapal selam asing yang menuju atau memasuki wilayah
selat pendekat yang rawan seperti dijelaskan di atas, termasuk untuk melindungi
jalur bawah laut pada lalulintas ALKI
yang sangat ramai dilalui oleh kapal-kapal asing. Rancang bangun teknologi Prototipe FAHSBS
dapat dijelaskan secara garis besar yang
terdiri dari sederetan sensor array hydrophones yang dipasang tetap atau
fixed di dasar laut pada beberapa selat pendekat yang sangat rawan terhadap
ancaman kapal selam dan berbagai bentuk serangan yang bersumber dari bawah laut.
Dimana prototipe FAHSBS ini dirancang berdasarkan Iptek gelombang suara atau
akustik bawah laut, dengan source level dalam bentuk gelombang akustik yang
dipancarkan oleh kapal selam sebagai targetnya akan mengalami proses sound
propagation dan selanjutnya menghasilkan sound
ray diagrams dan transmissions paths. Konsep dasar dari rancangan prototipe
FAHSBS
adalah terdiri dari The 5 basic transmissions modes : Isovelocity structure, Negative sound
speed gradient, Positive sound speed gradient, Negative gradient over positive,
dan Positive gradient over negative.
Uji Coba Prototipe FAHSBS | 1 |
Rekayasa sistem rancangan sotware dari prototipe FAHSBS ini dapat menentukan, menghitung dan mengukur beberapa parameter hasil pendetekasian terhadap kapal selam sebagai target, yaitu : jarak, kedalaman, baringan atau arah, ambient noise, self noise, seismic dan identifikasi dari target kapal selam atau bukan kapal selam, dan termasuk prototipe FAHSBS ini mampu menampilkan sistem klasifikasi dari kapal selam sebagai target dan termasuk klasifikasi target bawah laut selain kapal selam. Rancangan prototipe FAHSBS yang berfungsi sebagai “mata dan telinga” dengan suatu kemampuan sistem deteksi yang dapat diandalkan. Dengan sifat sebagai mata dan telinga maka rancangan prototipe FAHSBS cara kerja dan sifatnya juga memiliki “Azas Rahasia”, terutama dalam hal instalasi dan penempatan array hydrophones di bawah laut dari rancangan prototipe FAHSBS, hal ini sama dengan cara kerja atau operasi kapal selam juga memiliki “azas rahasia”, termasuk pada umumnya semua operasi yang dilkasanakan melalui media bawah laut yang memiliki azas kerahasiaan yang tinggi.
Prototipe FAHSBS
ini sudah dilaksanakan uji coba secara realtime kemampuan rancangannya
di perairan Situbondo Surabaya dengan melibatkan beberapa unsur TNI AL dan
didukung para peniliti dari beberapa lembaga riset dan para ahli dari
universitas. Kapal selam KRI Nanggala 402 yang digunakan sebagai target
artificial berhasil dideteksi dengan menggunakan rancangan prototipe FAHSBS
ini, target yang berada pada kedalaman tertentu bergerak melintasi array
hydrophones yang ditempatkan di dasar laut oleh tim Paska TNI AL, kemudian pancaran
gelombang akustik dari sonar kapal selam berhasil diamati pada layar monitor
komputer dan sistem peralatan deteksi dari rancangan prototipe FAHSBS yang
berada di KRI Soputan 923.